Lokasi
peternakan lebah ini berada di wilayah Ngembal Pasuruan. Tim yang bertugas
untuk magang terdiri Aam, Aqib dan Luthfi berangkat dari Malang sekitar pukul
05;30 pagi dan sampai disana sekitar 07:00 wib. Sesampai di lokasi Tim
“Lebah” masih beradaptasi Lingkungan
sekitar yang jauh dari ekspetasi awal kami (tempat tinggal hanya tenda terpal,
sisi kanan dan kiri disekat dengan kotak lebah dan suhu sangat panas). Tim bercengkrama,
berkenalan dan ngobrol santai dengan para petugas (pegawai lebah) yang ada
disana. Lokasi tersebut jauh dengan pemukiman penduduk. Untuk mencari air
bersih dan musholah cukup kesulitan, Tim
harus berjalan kaki kurang lebih 10 menit ke pabrik peternakan ayam yang ada
disekitar lokasi.
Aktifitas yang kami lakukan pada hari pertama
adalah wawancara terhadap para petugas yang ada disana terkait dengan
serba-serbi tentang usaha peternakan lebah ini. Mulai dari bertanya tentang
media yang digunakan untuk beternak lebah, jenis, sifat-sifat maupun tingkah
laku lebah dan produk yang dihasilkan dari usaha ini (madu,propolis,Royal
jelly). Seusai sholat ashar kami berkesempatan untuk belajar lebih dekat proses
membuat ratu pada quencell dengan salah satu petugas yang bernama mas Riyanto
yang akrab dipanggil “Mas Bolet”. Usaha peternakan lebah ini tidak terlalu
berat dan menyita banyak waktu, hanya membutuhkan pengontrolan, itu pun hanya
waktu tertentu, maka seringkali mas riyanto mengisi waktu luang dalam bekerja
dengan hobinya memelihara burung.
Saat-saat menjelang magrib adalah moment yang sangat kami
tunggu, mengingat ini merupakan kesempatan merasakan sensasi berbuka puasa
dengan madu murni langsung dari peternakan lebah. Dan ketika adzan berkumandang
langsung saja kami menyantap hidangan minuman marimas dicampur dengan madu dan
rasanya sangat mengobati dahaga kami. Setelah itu dilanjutkan dengan makan nasi,
sayur dengan lauk ikan bandeng balian yang dimasak oleh mas yudi dengan alat
masak seadanya (sederhana namun terasa nikmat dilidah).
Usai
berbuka kami bertiga beranjak untuk sholat trawih ke musolah yang ada di pabrik
peternakan dengan berjalan kaki di tegah gelap malamnya hutan. Suhu malam hari
benar-benar sangat dingin, tak jarang selama tinggal disana mas Riyanto, mas
yudi dan mas febi membuat api unggun sederhana untuk sekedar menghangatkan
diri. Pada malam hari benar-benar sangat
sunyi, sepi, hanya 1-2 kali terdengar kendaraan besar yang keluar masuk ke peternakan.
Lokasi ini juga terkenal sangat rawan tindakan kriminal, sampai usai magrib
para petugas lebah yang tinggal disini tidak berani keluar dengan membawa
kendaraan. Ketika bulan purnama sensasinya semakin menantang dengan suara seringala
yang mengaung keras “ujar mas yudi”.
Hari
terakhir disana, waktu-waktu kami digunakan untuk menunggu kesempatan belajar untuk
proses memanen madu. Kesempatan itu datang usai sholat ashar, setelah sebelumnya
cukup lama menunggu alat ekstrasi yang didatangkan dari Malang. Bersama dengan para petugas kami
ikut mengambil sarang madu yang akan diambil sembari belajar menjinakan lebah
agar tidak menyengat ketika diambil sarangnya. Triknya cukup simple, kita
diharuskan tidak tegang ketika lebah mendekat atau menempel pada kita, karena ketika tegang maka syaraf akan terdeteksi oleh lebah
dan akhirnya menyerang kita. Dan jangan mengunakan pakaian warna hitam, karena
lebah merasa akan diserang ketika ada warna hitam “tutur mas Riyanto. Proses
ekstrasi madu cukup sederhana hanya memasukan lembaran ke dalam alat dan
selanjutnya alat tersebut diputar untuk mengeluarkan madu tanpa harus merusak
dari sarang tersebut. Dan madu dengan sendirinya keluar dari keran yang ada
pada alat tersebut,dan dimasukan kedalam wadah penampung.
Kami
dari Tim “Lebah” sangat bersyukur dapat
menimbah pengalaman, ilmu dan tentu saja jaringan relasi yang cukup
berguna bagi kami kedepan. Karenanya kami mengucapkan terimakasih kepada Bapak H Dawang Andriwulan, SE., Mas Riyanto, Mas Yudi dll, atas fasilitas yang diberikan kepada kami.
Dan tidak lupa juga kepada bapak satpam peternakan yang memberi izin kami untuk
mengunakan fasilitas kamar mandi dan musolah.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar